JURUS JITU DETEKSI KINERJA PC
Tak semua prosedur pemeriksaan masalah pada PC berlaku sama untuk semua komponen. Masing-masing komponen harus diladeni dengan jurus yang spesifik. Strateginya adalah, tetaplah mencari cara terbaik untuk menekan biaya dan hindari jurus buang-buang waktu sebagaimana suatu kesebelasan sepakbola sudah menang tipis di tengah pertandingan. Ditambah dengan taktik trial and error yang tepat, ilmu reparasi PC pasti bakal Anda kuasai. Tapi, sebelumnya pahami dulu dilosofi dan seni mendeteksinya.
Selalu Berubah Setiap Waktu
Teknologi terus berkembang, masalah nan kompleks pun senantiasa kian membayang. Suatu komponen selalu mengalami perubahan, baik ketika dipakai maupun dibiarkan diam sekalipun. Tiada yang tak berubah oleh waktu.
Setiap komponen PC memiliki daya tahan tertentu yang dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain penggunaan, suhu lingkungan, ataupun cara penyimpanan. Itulah sebabnya, pada umumnya sebagian komponen PC yang dibuat oleh beragam produsen memiliki patokan atau standar yang disebut MTBF (Mean Time Between Failure).
MTBF adalah ukuran daya tahan suatu komponen sampai dengan rusaknya barang tersebut. Artinya, misalnya suatu komponen memiliki MTBF 10.000 jam, maka setelah masa 10.000 jam masa pakai dilewati, barang tersebut diperkirakan akan mengalami kerusakan. Lantaran penghitungan waktunya bersifat Mean Time, maka waktu tersebut adalah waktu rata-rata. Artinya lagi, tidak setiap komponen akan selalu rusak setelah melewati batas waktu pakai yang telah ditentukan oleh si pembuat. Lebih jauh lagi, meskipun telah melewati batas MTBF, sesungguhnya barang tersebut masih tetap bisa dipakai, namun bilamana terjadi kerusakan, kerusakan yang terjadi lebih disebabkan karena barang tersebut sudah waktunya rusak dan bukan rusak lantaran salah pengoperasian. Pada umumnya, setiap komponen PC berbeda-beda angka MTBF-nya.
Yang juga tak kalah penting, perubahan teknologi setiap komponen juga berlangsung sangat cepat. Hal ini menjadi problem ketika kita harus mengganti suatu komponen yang rusak, sementara komponen itu sudah tidak tersedia di pasaran lantaran tergusur oleh teknologi yang lebih baru.
Motherboard, prosesor, memori/RAM, harddisk adalah beberapa komponen yang sangat cepat pergantian atau perkembangannya. Meski kadang kala perubahan hanya terletak pada kapasitasnya, buat para pengguna awam, menentukan mana yang cocok yang masih ada di pasaran boleh jadi terlihat lebih rumit. Soal kompatibilitas biasanya selalu menyisakan pertanyaan di kalangan ini.
Sementara itu, CD-ROM, meskipun secara teknologi tidak berubah, perubahan kecepatan putarnya sering kali juga setiap komponen PC. Untungnya, semakin hari, tingkat kompatibilitas setiap komponen dengan system sebelumnya juga kian besar. Kalau dulu plug and play (tancapkan dan jalankan) sering diplesetkan menjadi plug and play (tancapkan dan berdoalah), kini factor itu makin berkurang. Apalagi bila kita memasang system operasi yang terbaru dari Microsoft, Windows XP.
Benchmark: Simulasi Pengujian Kinerja Sistem
Sampai saat ini, benchmarking dianggap merupakan alat ukur yang paling valid dan obyektif di dunia computer untuk menguji kinerja sebuah PC. Akan tetapi, harus ditegaskan di sini bahwa benchmarking sendiri bukanlah tolok ukur yang paling pas untuk menguji tingkat kestabilan sebuah PC sangat ditentukan oleh banyak factor, antara lain pemilihan komponen, kualitas komponen yang digunakan, kombinasi antar-komponen, software yang dipasang/diinstal, serta cara pemakaian sehari-hari dan perawatannya.
Oleh karena itu, kestabilan sering kali dikaitkan dengan waktu pemakaian yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Dan sampai saat ini, belum ada sebuah aplikasi untuk mengukur kestabilan bila ditinjau dari perspektif ini. Salah satu cara yang ditempuh para penguji system atau komponen PC guna mengatasi kelangkaan aplikasi ini adalah menjalankan software benchmarking yang sudah lazim tersedia dalam kurun waktu berhari-hari atau berminggu-minggu (umumnya seminggu non-stop). Istilah teknisnya disebut looping. Jadi, system dipaksa secara simulatif untuk bekerja berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Benchmarking sendiri pada prinsipnya adalah pengukuran dengan tujuan tertentu. Beberapa tujuan itu antara lain :
1. Perbandingan kinerja system
Benchmarking semacam ini merupakan pengujian untuk mengukur tingkat kemampuan beragam merek harddisk ini bisa diketahui performanya masing-masing. Syaratnya, spesifikasi teknis dan kondisi pengujianny sama.
Suatu system dibandingkan dengan system lain yang memiliki spesifikasi teknis yang sama atau mirip. Benchmarking semacam ini biasanya merupakan bertujuan untuk menjadi ajang kompetisi antara suatu komponen atau system berdasarkan suatu tolok ukur tertentu (kecepatan, kemampuan mengeksekusi perintah, kecepatan memunculkan gambar, dan sebagainya). Yang perlu diperhatikan dalam pengujin system PC utuh semacam ini, aplikasi yang digunakan untuk mem-benchmarking PC desktop dengan notebook berbeda dan tidak bisa dipertukarkan satu sam lain untuk keperluan pengujian.
2. Mengukur peningkatan system yang di-upgrade
Benchmarking semacam ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh tingkat perubahan atau perbaikan kinerja dari suatu system, sebelum dan setelah dilakukan upgrading tertentu pada salah satu atau beberapa komponen. Misalnya, Anda menggunakan system PC lama berprosesor Intel Pentium-III 500MHz lalu And ingin mengukur seberapa besar peningkatan kinerjanya setelah prosesor diganti dengan yang Intel Pentium-III 1GHz. Atau, anda ingin mengukur peningkatan kinerja setelah ditambahkan RAM tertentu, atau Anda ingin mengukur peningkatan kinerja setelah melakukan overclocking terhadap prosesor, RAM, atau VGA card yang sama.
3. Mendiagnosis suatu system
Benchmarking kadangkala juga bisa berperan sebagai pendiagnosis system. System yang performanya terlihat buruk dapat di-benchmark, diperiksa, dan kemudian dikonfigurasi ulang.
Benchmarking semacam ini akan membantu kita untuk memilah-milah persoalan yang muncul dan memperbaiki masalahnya secara tepat.
4. Perbandingan performa komponen
Beberapa komponen optical drive (CD-ROM, DVD-ROM, CD-RW, DVD+RW, DVD-RW, dan sebangsanya) bisa diuji secara terpisah pada kondisi system yang sama. Biasanya, yang diukur adalah kecepatan transfer data dan seek time di optical drive tersebut. Untuk peranti tulis (writer), selain dua aspek tersebut yang diuji biasanya adalah kecepatan tulis ulang (rewrite). Untuk VGA card, beberapa kemampuan yang diukur antara lain kemampuannya menghasilkan tekstur (dalam frame rate), menjalankan aplikasi 3 dimensi (3D), atau stabilitas (biasanya system dijalankan secara looping sekurang-kurangnya 16 jam). Komponen lainnya yang bisa diuji antara lain sound card, speaker harddisk, dan monitor.
Namun, teknik melakukan benchmarking sendiri bisa menimbulkan masalah buat yang awam PC. Bagaimana cara melakukannya? Alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan benchmarking?
Benchmarking pada pokoknya adalah pengukuran obyektif. Untuk mencapai obyektivitas itu, suatu alat atau mekanisme dibuat, supaya hasil yang hendak diuji bisa diukur secara valid. Data hasil benchmarking biasanya berupa angka dengan satuan-satuan tertentu, tergantung apa focus benchmarking itu sendiri. Ada yang dihitung berdasarkan waktu (detik), ada yang berdasarkan tampilan gambar per detik (frame per second), ada yang berdasarkan instruksi per detik (instruction per second), dan sebagainya.
SYSmark 2001 misalnya, merupakan software benchmarking yang sangat popular untuk menguji system desktop atau notebook secara keseluruhan. SYSmark 2001 mampu menjalankan 14 aplikasi yang berbeda-beda, yang dibagi dalam dua beban kerja yang berbeda yakni Internet content creation dan office productivity. SYSmark 2001 ini memiliki kemampuan untuk mensimulasikan suatu aplikasi multitasking (menjalankan perintah secara dalam waktu bersamaan) aplikasi-aplikasi yang umum terpasang pada PC. Semakin besar angka SYSmark yang bisa diraih, semakin hebatlah performa PC tersebut.
Sementara Premiere 6.0 merupakan aplikasi untuk mengukur performa prosesor, memori, dan harddisk ketika system PC dijalankan untuk menjalankan dan mengolah data-data video digital. Proses pengujian akan melewati beberapa tolok ukur seperti transisi 3D, koreksi warna, pengeditan suara, di mana aplikasi simulasi video tersebut dikemas dalam sebuah file video digital berukuran 306MB. Pengukuran simulasi video ini menggunakan satuan detik, di mana semakin singkat waktu yang digunakan, semakin bertenagalah system PC tersebut.
Untuk menguji kinerja grafis dan performa dalam menjalankan gaming, biasanya digunakan Quake III Demo atau 3D Mark 2001, yang pengukurannya dicatat dalam frame per second. Semakin besar angka yang dihasilkan, semakin baguslah performanya. Dalam pengujian stabilitas suatu hardware, aplikasi 3D Mark 2001 inilah yang umumnya dijalankan dalam mode looping selama 16 jam penuh tanpa henti.
Pengukuran-pengukuran tersebut, sekali lagi, biasanya menggunakan suatu aplikasi yang bersifat simulasi, supaya kita memiliki gambaran, seberapa besar kemampuan suatu system ketika dijalankan pada kondisi nyata. Oleh karenanya, kebanyakan benchmarking dilakukan dengan bantuan software yang memang dikhususkan untuk menguji suatu kondisi tertentu. Untuk mencapai kondisi simulasi yang diinginkan, biasanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
# Catat semua konfigurasi system yang akan diuji secara lengkap. Pencatatan menyeluruh ini meliputi jenis dan tipe prosesor, RAM, motherboard, system operasi yang digunakan, kapasitas harddisk, add-on card, dan sebagainya.
# Jalankan versi software benchmark yang sama pada system. Bagaimanapun juga, benchmarking merupakan pendekatan dari sisi software. Oleh karenanya, versi benchmark yang berbeda akan memberikan dua hasil yang berbeda pula. Bahkan, sebuah alat benchmarking pada satu versi yang sama pun hampir selalu memberikan hasil yang berbeda-beda setiap kali benchmarking dijalankan. Oleh karenanya, benchmarking pada dua system yang akan diuji harus menggunakan software yang sama dan versi yang sama pula.
# Lakukan benchmarking lebih dari satu kali dan ambil nilai rata-ratanya. Lantaran setiap benchmarking memberikan hasil yang berbeda, sudah barang tentu kita perlu melakukan pengukuran lebih dari satu kali. Biasanya sebanyaka tiga kali, lalu diambil reratanya.
# Hindari perbedaan platform hardware yang berbeda-beda. Untuk mencapai kondisi obyektif, pengujian seharusnya menggunakan platform hardware yang sama. Misalnya anda ingin menguji harddisk A dan B. Jangan menggunakan hardware pendukung yang berbeda (misalnya motherboard, prosesor, RAM) karena bisa dipastikan hasilnya akan berbeda. Sekalipun mekanisme kerja system PC pada umumnya sama, perbedaan yang kecil sekalipun (BIOS versi yang berbeda misalnya) bisa menghasilkan data hasil benchmark yang berbeda. Misalnya dua merek motherboard yang menggunakan chipset sama, keduanya tetap memiliki beberapa perbedaan seperti versi BIOS, arsitektur motherboard, kualitas komponen, dan sebagainya.
# Jalankan benchmark pada beban tugas yang sama. Hasil yang dimunculkan oleh aplikasi benchmark tidak menjamin bahwa bila system tersebut dijalankan pada kenyataan yang sesungguhnya akan memberikan hasil yang sama. Sekali lagi, benchmarking adalah perkara simulasi. Oleh karenanya, bila kita ingin mengukur kemampuan suatu system PC, kita harus mencari software yang mampu mensimulasikan program atau aplikasi yang sesungguhnya.
# Gunakan versi BIOS yang sama versinya dan gunakan driver yang paling baru. Keterbaruan BIOS dan driver akan memberikan hasil yang lebih optimal pada sebagian besar pengujian.
Membaca Hasil Benchmarking
Meskipun sudah di-setting pada kondisi yang seobyektif mungkin, semirip mungkin, hasil yang keluar dalam sebuah pengujian pada umumnya berbeda dari satu pengujian ke pengujian berikutnya. Akan tetapi, perbedaan ini biasanya tidak terlampau besar. Oleh karena itu, hasil akhir sebuah pengukuran kuantitatif semacam ini biasanya merupakan rerata dari beberapa kali pengujian (umumnya 3 kali).
Secara obyektif, ada banyak criteria yang digunakan untuk menilai kualitas komponen PC. Bilamana yang diukur adalah satuan waktu, pada umumnya makin cepat makin baik. Bila yang diukur adalah produktivitas, angka yang semakin besar menunjukkan hasil yang lebih bagus.
Namun, benchmarking sendiri menyimpan beberapa pertanyaan dilematis. Pertama, apakah benchmarking merupakan satu-satunya tolok ukur untuk dijadikan patokan dalam memilih komponen, sementara aplikasi pengujiannya sendiri bersifat simulatif? Simulasi, seberapapun sempurnanya tetap menyimpan beberapa kelemahan dan tidak bisa menunjukkan 100 persen kondisi riil ketuka sebuah PC digunakan untuk bekerja. Kedua, seberapa besar kondisi toleransi perubahan lingkungan pengujian masih bisa diterima pada sebuah pengujian? Seberapa besar pengaruh perubahan lingkungan (waktu pengujian, temperature, dan sebagainya) memberi dampak pada hasil pengujian? Ketiga, benchmarking merupakan pengukuran kuantitatif, sementara factor kualitatif, sementara factor kualitatif dianggap tidak valid. Sementara, pada kondisi riil, factor kualitatif ini banyak sekali, baik yang berasal dari komponen itu sendiri maupun dari sisi pengguna yang mengoperasikannya.
Nah, lantaran kita tidak bisa menghindar dari jebakan dilematis tersebut, benchmarking tetap hanyalah merupakan salah satu cara menguji kinerja PC, yang untungnya sudah diterima secara luas di kalangan pengguna computer. Cara lain yang lebih valid, tentulah seperti filosofi orang yang tengah belajar berenang atau naik sepeda. Tak pernah seseorang bisa dianggap bisa berenang atau bersepeda, kecuali ia sudah merasakan dinginnya air atau mengayuh tuas pedal sepeda secara riil, lalu merasakan kenikmatan ketika berproses di dalamnya. Jadi, melalui penggunaan sehari-harilah sebuah PC bisa dirasakan kinerjanya.
Dalam konteks demikian, PCplus menyarankan Anda belajar sendiri menyimpulkan kualitas suatu produk setelah membaca hasil benchmarking, lantaran kami tidak mau dianggap menggurui atau memaksakan kehendak. Data hasil ujinya kami sodorkan, keputusannya tetap di tangan Anda, karena Anda jugalah yang mengambil keputusan untuk membeli atau tidak.
Selalu Berubah Setiap Waktu
Teknologi terus berkembang, masalah nan kompleks pun senantiasa kian membayang. Suatu komponen selalu mengalami perubahan, baik ketika dipakai maupun dibiarkan diam sekalipun. Tiada yang tak berubah oleh waktu.
Setiap komponen PC memiliki daya tahan tertentu yang dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain penggunaan, suhu lingkungan, ataupun cara penyimpanan. Itulah sebabnya, pada umumnya sebagian komponen PC yang dibuat oleh beragam produsen memiliki patokan atau standar yang disebut MTBF (Mean Time Between Failure).
MTBF adalah ukuran daya tahan suatu komponen sampai dengan rusaknya barang tersebut. Artinya, misalnya suatu komponen memiliki MTBF 10.000 jam, maka setelah masa 10.000 jam masa pakai dilewati, barang tersebut diperkirakan akan mengalami kerusakan. Lantaran penghitungan waktunya bersifat Mean Time, maka waktu tersebut adalah waktu rata-rata. Artinya lagi, tidak setiap komponen akan selalu rusak setelah melewati batas waktu pakai yang telah ditentukan oleh si pembuat. Lebih jauh lagi, meskipun telah melewati batas MTBF, sesungguhnya barang tersebut masih tetap bisa dipakai, namun bilamana terjadi kerusakan, kerusakan yang terjadi lebih disebabkan karena barang tersebut sudah waktunya rusak dan bukan rusak lantaran salah pengoperasian. Pada umumnya, setiap komponen PC berbeda-beda angka MTBF-nya.
Yang juga tak kalah penting, perubahan teknologi setiap komponen juga berlangsung sangat cepat. Hal ini menjadi problem ketika kita harus mengganti suatu komponen yang rusak, sementara komponen itu sudah tidak tersedia di pasaran lantaran tergusur oleh teknologi yang lebih baru.
Motherboard, prosesor, memori/RAM, harddisk adalah beberapa komponen yang sangat cepat pergantian atau perkembangannya. Meski kadang kala perubahan hanya terletak pada kapasitasnya, buat para pengguna awam, menentukan mana yang cocok yang masih ada di pasaran boleh jadi terlihat lebih rumit. Soal kompatibilitas biasanya selalu menyisakan pertanyaan di kalangan ini.
Sementara itu, CD-ROM, meskipun secara teknologi tidak berubah, perubahan kecepatan putarnya sering kali juga setiap komponen PC. Untungnya, semakin hari, tingkat kompatibilitas setiap komponen dengan system sebelumnya juga kian besar. Kalau dulu plug and play (tancapkan dan jalankan) sering diplesetkan menjadi plug and play (tancapkan dan berdoalah), kini factor itu makin berkurang. Apalagi bila kita memasang system operasi yang terbaru dari Microsoft, Windows XP.
Benchmark: Simulasi Pengujian Kinerja Sistem
Sampai saat ini, benchmarking dianggap merupakan alat ukur yang paling valid dan obyektif di dunia computer untuk menguji kinerja sebuah PC. Akan tetapi, harus ditegaskan di sini bahwa benchmarking sendiri bukanlah tolok ukur yang paling pas untuk menguji tingkat kestabilan sebuah PC sangat ditentukan oleh banyak factor, antara lain pemilihan komponen, kualitas komponen yang digunakan, kombinasi antar-komponen, software yang dipasang/diinstal, serta cara pemakaian sehari-hari dan perawatannya.
Oleh karena itu, kestabilan sering kali dikaitkan dengan waktu pemakaian yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Dan sampai saat ini, belum ada sebuah aplikasi untuk mengukur kestabilan bila ditinjau dari perspektif ini. Salah satu cara yang ditempuh para penguji system atau komponen PC guna mengatasi kelangkaan aplikasi ini adalah menjalankan software benchmarking yang sudah lazim tersedia dalam kurun waktu berhari-hari atau berminggu-minggu (umumnya seminggu non-stop). Istilah teknisnya disebut looping. Jadi, system dipaksa secara simulatif untuk bekerja berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Benchmarking sendiri pada prinsipnya adalah pengukuran dengan tujuan tertentu. Beberapa tujuan itu antara lain :
1. Perbandingan kinerja system
Benchmarking semacam ini merupakan pengujian untuk mengukur tingkat kemampuan beragam merek harddisk ini bisa diketahui performanya masing-masing. Syaratnya, spesifikasi teknis dan kondisi pengujianny sama.
Suatu system dibandingkan dengan system lain yang memiliki spesifikasi teknis yang sama atau mirip. Benchmarking semacam ini biasanya merupakan bertujuan untuk menjadi ajang kompetisi antara suatu komponen atau system berdasarkan suatu tolok ukur tertentu (kecepatan, kemampuan mengeksekusi perintah, kecepatan memunculkan gambar, dan sebagainya). Yang perlu diperhatikan dalam pengujin system PC utuh semacam ini, aplikasi yang digunakan untuk mem-benchmarking PC desktop dengan notebook berbeda dan tidak bisa dipertukarkan satu sam lain untuk keperluan pengujian.
2. Mengukur peningkatan system yang di-upgrade
Benchmarking semacam ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh tingkat perubahan atau perbaikan kinerja dari suatu system, sebelum dan setelah dilakukan upgrading tertentu pada salah satu atau beberapa komponen. Misalnya, Anda menggunakan system PC lama berprosesor Intel Pentium-III 500MHz lalu And ingin mengukur seberapa besar peningkatan kinerjanya setelah prosesor diganti dengan yang Intel Pentium-III 1GHz. Atau, anda ingin mengukur peningkatan kinerja setelah ditambahkan RAM tertentu, atau Anda ingin mengukur peningkatan kinerja setelah melakukan overclocking terhadap prosesor, RAM, atau VGA card yang sama.
3. Mendiagnosis suatu system
Benchmarking kadangkala juga bisa berperan sebagai pendiagnosis system. System yang performanya terlihat buruk dapat di-benchmark, diperiksa, dan kemudian dikonfigurasi ulang.
Benchmarking semacam ini akan membantu kita untuk memilah-milah persoalan yang muncul dan memperbaiki masalahnya secara tepat.
4. Perbandingan performa komponen
Beberapa komponen optical drive (CD-ROM, DVD-ROM, CD-RW, DVD+RW, DVD-RW, dan sebangsanya) bisa diuji secara terpisah pada kondisi system yang sama. Biasanya, yang diukur adalah kecepatan transfer data dan seek time di optical drive tersebut. Untuk peranti tulis (writer), selain dua aspek tersebut yang diuji biasanya adalah kecepatan tulis ulang (rewrite). Untuk VGA card, beberapa kemampuan yang diukur antara lain kemampuannya menghasilkan tekstur (dalam frame rate), menjalankan aplikasi 3 dimensi (3D), atau stabilitas (biasanya system dijalankan secara looping sekurang-kurangnya 16 jam). Komponen lainnya yang bisa diuji antara lain sound card, speaker harddisk, dan monitor.
Namun, teknik melakukan benchmarking sendiri bisa menimbulkan masalah buat yang awam PC. Bagaimana cara melakukannya? Alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan benchmarking?
Benchmarking pada pokoknya adalah pengukuran obyektif. Untuk mencapai obyektivitas itu, suatu alat atau mekanisme dibuat, supaya hasil yang hendak diuji bisa diukur secara valid. Data hasil benchmarking biasanya berupa angka dengan satuan-satuan tertentu, tergantung apa focus benchmarking itu sendiri. Ada yang dihitung berdasarkan waktu (detik), ada yang berdasarkan tampilan gambar per detik (frame per second), ada yang berdasarkan instruksi per detik (instruction per second), dan sebagainya.
SYSmark 2001 misalnya, merupakan software benchmarking yang sangat popular untuk menguji system desktop atau notebook secara keseluruhan. SYSmark 2001 mampu menjalankan 14 aplikasi yang berbeda-beda, yang dibagi dalam dua beban kerja yang berbeda yakni Internet content creation dan office productivity. SYSmark 2001 ini memiliki kemampuan untuk mensimulasikan suatu aplikasi multitasking (menjalankan perintah secara dalam waktu bersamaan) aplikasi-aplikasi yang umum terpasang pada PC. Semakin besar angka SYSmark yang bisa diraih, semakin hebatlah performa PC tersebut.
Sementara Premiere 6.0 merupakan aplikasi untuk mengukur performa prosesor, memori, dan harddisk ketika system PC dijalankan untuk menjalankan dan mengolah data-data video digital. Proses pengujian akan melewati beberapa tolok ukur seperti transisi 3D, koreksi warna, pengeditan suara, di mana aplikasi simulasi video tersebut dikemas dalam sebuah file video digital berukuran 306MB. Pengukuran simulasi video ini menggunakan satuan detik, di mana semakin singkat waktu yang digunakan, semakin bertenagalah system PC tersebut.
Untuk menguji kinerja grafis dan performa dalam menjalankan gaming, biasanya digunakan Quake III Demo atau 3D Mark 2001, yang pengukurannya dicatat dalam frame per second. Semakin besar angka yang dihasilkan, semakin baguslah performanya. Dalam pengujian stabilitas suatu hardware, aplikasi 3D Mark 2001 inilah yang umumnya dijalankan dalam mode looping selama 16 jam penuh tanpa henti.
Pengukuran-pengukuran tersebut, sekali lagi, biasanya menggunakan suatu aplikasi yang bersifat simulasi, supaya kita memiliki gambaran, seberapa besar kemampuan suatu system ketika dijalankan pada kondisi nyata. Oleh karenanya, kebanyakan benchmarking dilakukan dengan bantuan software yang memang dikhususkan untuk menguji suatu kondisi tertentu. Untuk mencapai kondisi simulasi yang diinginkan, biasanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
# Catat semua konfigurasi system yang akan diuji secara lengkap. Pencatatan menyeluruh ini meliputi jenis dan tipe prosesor, RAM, motherboard, system operasi yang digunakan, kapasitas harddisk, add-on card, dan sebagainya.
# Jalankan versi software benchmark yang sama pada system. Bagaimanapun juga, benchmarking merupakan pendekatan dari sisi software. Oleh karenanya, versi benchmark yang berbeda akan memberikan dua hasil yang berbeda pula. Bahkan, sebuah alat benchmarking pada satu versi yang sama pun hampir selalu memberikan hasil yang berbeda-beda setiap kali benchmarking dijalankan. Oleh karenanya, benchmarking pada dua system yang akan diuji harus menggunakan software yang sama dan versi yang sama pula.
# Lakukan benchmarking lebih dari satu kali dan ambil nilai rata-ratanya. Lantaran setiap benchmarking memberikan hasil yang berbeda, sudah barang tentu kita perlu melakukan pengukuran lebih dari satu kali. Biasanya sebanyaka tiga kali, lalu diambil reratanya.
# Hindari perbedaan platform hardware yang berbeda-beda. Untuk mencapai kondisi obyektif, pengujian seharusnya menggunakan platform hardware yang sama. Misalnya anda ingin menguji harddisk A dan B. Jangan menggunakan hardware pendukung yang berbeda (misalnya motherboard, prosesor, RAM) karena bisa dipastikan hasilnya akan berbeda. Sekalipun mekanisme kerja system PC pada umumnya sama, perbedaan yang kecil sekalipun (BIOS versi yang berbeda misalnya) bisa menghasilkan data hasil benchmark yang berbeda. Misalnya dua merek motherboard yang menggunakan chipset sama, keduanya tetap memiliki beberapa perbedaan seperti versi BIOS, arsitektur motherboard, kualitas komponen, dan sebagainya.
# Jalankan benchmark pada beban tugas yang sama. Hasil yang dimunculkan oleh aplikasi benchmark tidak menjamin bahwa bila system tersebut dijalankan pada kenyataan yang sesungguhnya akan memberikan hasil yang sama. Sekali lagi, benchmarking adalah perkara simulasi. Oleh karenanya, bila kita ingin mengukur kemampuan suatu system PC, kita harus mencari software yang mampu mensimulasikan program atau aplikasi yang sesungguhnya.
# Gunakan versi BIOS yang sama versinya dan gunakan driver yang paling baru. Keterbaruan BIOS dan driver akan memberikan hasil yang lebih optimal pada sebagian besar pengujian.
Membaca Hasil Benchmarking
Meskipun sudah di-setting pada kondisi yang seobyektif mungkin, semirip mungkin, hasil yang keluar dalam sebuah pengujian pada umumnya berbeda dari satu pengujian ke pengujian berikutnya. Akan tetapi, perbedaan ini biasanya tidak terlampau besar. Oleh karena itu, hasil akhir sebuah pengukuran kuantitatif semacam ini biasanya merupakan rerata dari beberapa kali pengujian (umumnya 3 kali).
Secara obyektif, ada banyak criteria yang digunakan untuk menilai kualitas komponen PC. Bilamana yang diukur adalah satuan waktu, pada umumnya makin cepat makin baik. Bila yang diukur adalah produktivitas, angka yang semakin besar menunjukkan hasil yang lebih bagus.
Namun, benchmarking sendiri menyimpan beberapa pertanyaan dilematis. Pertama, apakah benchmarking merupakan satu-satunya tolok ukur untuk dijadikan patokan dalam memilih komponen, sementara aplikasi pengujiannya sendiri bersifat simulatif? Simulasi, seberapapun sempurnanya tetap menyimpan beberapa kelemahan dan tidak bisa menunjukkan 100 persen kondisi riil ketuka sebuah PC digunakan untuk bekerja. Kedua, seberapa besar kondisi toleransi perubahan lingkungan pengujian masih bisa diterima pada sebuah pengujian? Seberapa besar pengaruh perubahan lingkungan (waktu pengujian, temperature, dan sebagainya) memberi dampak pada hasil pengujian? Ketiga, benchmarking merupakan pengukuran kuantitatif, sementara factor kualitatif, sementara factor kualitatif dianggap tidak valid. Sementara, pada kondisi riil, factor kualitatif ini banyak sekali, baik yang berasal dari komponen itu sendiri maupun dari sisi pengguna yang mengoperasikannya.
Nah, lantaran kita tidak bisa menghindar dari jebakan dilematis tersebut, benchmarking tetap hanyalah merupakan salah satu cara menguji kinerja PC, yang untungnya sudah diterima secara luas di kalangan pengguna computer. Cara lain yang lebih valid, tentulah seperti filosofi orang yang tengah belajar berenang atau naik sepeda. Tak pernah seseorang bisa dianggap bisa berenang atau bersepeda, kecuali ia sudah merasakan dinginnya air atau mengayuh tuas pedal sepeda secara riil, lalu merasakan kenikmatan ketika berproses di dalamnya. Jadi, melalui penggunaan sehari-harilah sebuah PC bisa dirasakan kinerjanya.
Dalam konteks demikian, PCplus menyarankan Anda belajar sendiri menyimpulkan kualitas suatu produk setelah membaca hasil benchmarking, lantaran kami tidak mau dianggap menggurui atau memaksakan kehendak. Data hasil ujinya kami sodorkan, keputusannya tetap di tangan Anda, karena Anda jugalah yang mengambil keputusan untuk membeli atau tidak.
Sumber: Tabloid PCplus, 2007
0 komentar:
Posting Komentar
Please write your comments here.Thanks.